Senin, 11 Februari 2013

KRITIK ARSITEKTUR

Kritik Deskriptif

·        Dibanding metode kritik lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual)
·        Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
·    Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·     Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
·     Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Kritik Deskriptif terdiri dari :
·        Kritik Depiktif Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
    Depictive kritik tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan pertanyaan baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material, serta teksture. Depictictive kritik pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu yang controversial, dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau seductive to menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. Fotografi paling sering digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran bahan bangunan diinginkan.
·       Kritik Biografis Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
     Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik.
·       Kritik Kontekstual Contextual Criticism (Persitiwa)
    Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain.  kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak controversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.


Berikut ini adalah contoh kritik arsitektur dengan menggunakan Kritik Kontekstual (Contextual Criticism) :

MUSEUM MINYAK DAN GAS BUMI
"Graha Widya Patra"

Museum ini merupakan salah satu museum yang terdapat di TMII dari sekian banyaknya museum yang mengangkat tema seputar pengetahuan khusus (kali ini tentang sumber daya mineral). Museum Minyak dan Gas Bumi “Graha Widya Patra” (Gawitra) terletak di bagian timur Taman Mini Indonesia Indah berdekatan dengan Taman Burung dan Museum Listrik dan Energi Baru. Pembangunan Museum Migas menandai peringatan 100 tahun industri minyak dan gas bumi Indonesia, merupakan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk peningkatan ilmu dan teknologi.


Gedung utama berbentuk anjungan lepas pantai dengan dua bangunan pendukung berbentuk gilig menyerupai tangki minyak, disebut Anjungan Eksplorasi dan Anjungan Pengolahan. Ruang pamer terdapat di gedung utama dan di anjungan eksplorasi. Pameran di gedung utama mengenai sejarah industri perminyakan. Di ruang ini terdapat Teater Minyak yang memutar film pendek dan multislide mengenai asal-mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain itu terdapat ruang untuk pameran berbagai benda dan bahan mengenai minyak dan gas bumi yang ada di sekitar kita.



Anjungan eksplorasi mengetengahkan eksplorasi minyak dan gas bumi, termasuk peragaan sejarah terjadinya cekungan minyak dan gas bumi serta penerapan teknologi pada masa yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di luar gedung dipamerkan peralatan pengeboran minyak dan peragaan benda-benda eksplorasi berupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua.



Sesuai dengan namanya, benda-benda yang ada di Museum Minyak dan Gas Bumi menyimpan berbagai koleksi yang merefresentasikan sejarah panjang kegiatan Migas dari mulai hulu samapai hilirnya.



Untuk ruangan peragaannya sendiri terbagi menjadi dua bagian yakni ruangan peragaan dalam dan luar. Untuk ruangan peragaan dalamnya terbagi lagi menjadi beberapa bagian yakni mini theater yang memutar film-film animasi yang berkaitan dengan asal-usul minyak bumi. 

Tak hanya ruangan mini theater saja yang ada di bagian dalam museum ini, ada juga ruangan lainnya seperti ruang peran dan ruang sejarah. Disini juga Anda bisa melihat diorama peradaban manusia dan anjungan kegiatan hulu yang memperagakan sejarah pergeseran bumi, asal terjadinya minyak dan gas, terjadinya fosil, teknologi cara pencarian sumber minyak dan gas bumi didalam tanah sampai pada cara pengeboran sumur untuk dikunjungi. 

 Sedangkan ruang peragaan bagian luarnya menyimpan banyak koleksi yang tak kalah lengkapnya dibandingkan dengan ruang peragaan bagian dalam. Disini Anda bisa melihat berbagai koleksi yang lebih didominasi oleh alat-alat berat semisal pompa bensin yang dioperasikan secara manual yan dibuat pada tahun 1930-an.

 





                  Kritik Deskriptif.pdf (raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar